Hujan itu adalah hujan milik bulan Januari.
Butir-butirnya kecil, tetapi jatuh di tanah pegunungan secara tak beraturan.
Refleks, tubuhku menggigil dan tanganku membeku. Udara dataran tinggi yang memang sudah tak wajar itu, ditambah dengan nuansa hujan yang jatuh perlahan, membuat tubuhku tak dapat menahannya.
Dan dia ada disana.
Dia melihatku kedinginan. Dia memperhatikan tanganku yang berusaha mencari tempat persembunyian. Dia mendapati bibirku yang seolah kesulitan lagi untuk berkata-kata.
Lalu dengan langkah ragu, dan segala tingkah malu-malunya itu, dia memberikan jaket yang dipakainya, dan menyuruhku untuk memakainya, bahkan tanpa seucap katapun dia berhasil melakukannya. Hanya matanyalah yang berbicara.
Tanpa dia sadari mungkin, hujan itu, yang membuatku terjebak di hatinya.
Sekarang juga hujan. Tapi hujan ini milik bulan Oktober. Butir-butirnya berbeda. Bau tanahnya pun lain. Dan tentu, aku pun sudah tak sama lagi. Aku tak lagi terjebak di hatinya.
Comments
Post a Comment