Skip to main content

Cukup Begitu Saja, Aku Sudah Senang!

Rasanya diperhatikan itu menyenangkan ya? Apakah selamanya berlaku seperti itu? Bagaimana kalau bukan kamu yang melakukannya?

Huuufth, ternyata hanya kamu yang bisa melakukan hal yang menyenangkan seperti itu. Yang  memperlihatkan perhatian sekecil apapun itu, akan selalu menyenangkan. Hal sepele mungkin menurutmu, tapi bagiku tidak. Asal kamu tau saja ya, aku selalu senang bila kamu menunjukkan padaku bahwa kamu ternyata memperhatikanku. Itu menyenangkan. Itu bisa membuat kupu-kupu di perutku beterbangan kegirangan.

Bukan perhatian manis seperti seorang lelaki kepada wanitanya. Memang bukan yang seperti itu. Tidak seperti, "Kamu sudah
makan?" atau "Kamu sedang apa?" atau mungkin "Jangan tidur terlalu malam ya!".  Bukan, kamu bahkan seolah sangat anti melakukan hal itu padaku. Tapi bentuk perhatian seperti, "Eh, itu baru ya? Ciyeeeh" atau "Kamu kemaren dapet nilai segitu kan yah?". Yah, perhatian kecil kan? Sangat kecil malah. Mungkin kamu hanya basa-basi saat mengatakan itu. Tapi bagiku, itu lebih dari cukup. Cukup membuatku membayangkan dan memutar ulang perkataanmu pada malam harinya, lalu memimpikannya. Selalu begitu.

Ah, bahagia kan memang sesedarhana itu bukan? :)

Comments

  1. Hehehe aku pernah di sana dek. Pas SMA SMP. Diperhatikan ketika nilainya bagus oleh seseorang, langsung waaaa. Senyum terus sepanjang hari. :D

    ReplyDelete
  2. Bahagia itu sederhana. Selalu sederhana.
    Sesederhana tulisan ini. :)

    ReplyDelete
  3. @namarappuccino : Iya, Kak! Senengnya itu bisa ampe kebawa mimpi. :D

    @Nurul Khaliza : Iya :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Isu dan Permasalahan Remaja serta Implikasinya dalam Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A.   LATAR BELAKANG Remaja seringkali dianggap sebagai kelompok yang “aneh”, karena dalam kehidupannya kelompok ini sering menganut kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berbeda atau bertentangan dengan kaidah-kaidah dan nilai yang dianut oleh orang dewasa terutama orang tuanya.  Dilihat dari demensi usia dan perkembangannya, nampak bahwa kelompok ini tergolong pada kelompok “tradisional” (masa peralihan) dalam pengertian remaja merupakan decade yang bersifat sementara yaitu rentang waktu antara usia anak-anak dengan usia dewasa, sehingga bisa dipahami bahwa pada setiap periode transisi selalu ada gejolak dan badai yang menyertai perubahan.  Dan masa transisi ini pulalah yang mengakibatkan remaja setelah mengalami gejolak dalam mencari identitasnya, meskipun gejolak pada setiap remaja memiliki kuantitas dan kualitas yang berbeda. Perkembangan kepribadian seseorang termasuk remaja merupakan hasil hubungan dan pengaruh timbal balik secara terus menerus antara p

Contoh Makalah Global Warming

BAB I PENDAHULUAN 1.1    Latar Belakang Masalah Pemanasan global adalah naiknya suhu permukaan bumi sebagai akibat naiknya intensitas Efek Rumah Kaca(ERK).  Akibat adanya ERK tersebut, suhu di permukaan bumi naik.  Pengaruhnya, suhu bumi menjadi nyaman bagi kehidupan manusia.  Maka, seandainya tidak ada ERK, suhu rata – rata bumi akan – 18⁰C.  Suhu itu terlalu dingin bagi kehidupan manusia.  Dengan adanya ERK, suhu rata – rata bumi menjadi 34⁰C lebih tinggi, yaitu menjadi 15⁰C.  Jadi, ERK membuat suhu bumi sesuai dengan kehidupan manusia. Namun, dengan adanya  revolusi industry di negara – negara maju pada pertengahan tahun 1880-an, telah meningkatkan penggunaan sumber energy berasal dari bahan bakar fosil (BBF), seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam, sehingga menghasilkan berbagai emisi ke udara.  Maka terjadi peningkatan emisi GRK dari karbondioksida (CO 2 ), metana (CH 4 ) dan nitrous oksida (N 2 O) yang tajam.  Akibatnya, atmosfer bumi diselimuti gas rumah kaca t

PEMERINTAHAN GUSDUR DAN TRANSISI DEMOKRASI DI INDONESIA

Pendahuluan Sangat luar biasa perhelatan politik di Indonesia, ketika dihadapkan pada suksesi kepemimpinan. Sejak berdirinya republik tahun 1945 sampai saat ini, terhitung lamanya kemerdekaan sudah mencapai 57 tahun, bila dirata-ratakan priodisasi pemerintahan selam lima tahun, maka menurut logika sehat akan terjadi suksesi kepemimpinan dengan melahirkan minimalnya 11 pemimpin nasional alias presiden. Namun pada tataran relitas sungguh sangat ironis, selama kurun waktu 54 tahun bangsa yang besar ini hanya dipimpin oleh 2 orang presiden. Presiden yang pertama medapat julukan the founding father dengan memimpin bangsa selama 22 tahun dan presiden kedua yang mendapat anugran bapak pembangunan yang memimpin bangsa selama 32 tahun. Sisa priodisasi kepemimpinan nasional selama 3 tahun terakhir dilakukan tiga kali suksesi kepemimpinan, dengan melahirkan 3 orang presiden. Kondisi semacam ini mencerminkan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang memiliki karakter tersendiri dalam mengur